PENGARUH FAKTOR IKLIM DAN KEPADATAN JENTIK AE.AEGYPTI TERHADAP KEJADIAN DBD
DBD, Perubahan Iklim, Jentik Ae.aegypti
<div style="text-align:justify;">Pengaruh faktor iklim dan kepadatan jentik ae.aegypti terhadap kejadian DBD. Kabupaten Pringsewu, pada tahun 2011 terdapat 141 kasus (IR=30,83/100.000 penduduk dan tahun 2012 meningkat menjadi 501 kasus (IR=119,16/100.000 penduduk) atau 381,92% lebih besar dibandingkan angka nasional. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian DBD adalah perubahan iklim. Penelitian merupakan Studi Korelasi dengan tujuan mengetahui pengaruh faktor iklim dan kepadatan jentik Ae.aegypti terhadap kejadian DBD di Kabupaten Pringsewu. Data yang dianalisis adalah data bulan Januari 2011 - Desember 2012 dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu dan Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Lampung. Variabel yang diteliti adalah curah hujan, suhu, kelembaban, kecepatan angin, kepadatan jentik Ae.aegypti dan kejadian DBD. Sedangkan teknik analisis menggunakan path analysis (analisis jalur). Hasil penelitian mendapatkan bahwa faktor iklim yang berpengaruh terhadap kepadatan jentik Ae.aegypti adalah curah hujan, yaitu sebesar 0,456 (p=0,025). Sehingga setiap kenaikan curah hujan sebesar 1 mm, akan meningkatkan angka kepadatan jentik Ae.aegypti (House Index) sebesar 0,456%. Pengaruh total curah hujan terhadap kejadian DBD melalui kepadatan jentik Ae.aegypti sebesar 0,210. Sedangkan pengaruh faktor luar terhadap kejadian DBD yang tidak dikaji pada penelitian ini sebesar 0,825. Melakukan pengelolaan lingkungan dengan cara modifikasi dan manipulasi lingkungan merupakan satu-satunya upaya yang paling efektif untuk menurunkan angka kepadatan jentik Ae.aegypti dan kejadian penyakit DBD. Sehingga kegiatan pendidikan kesehatan masyarakat menjadi kegiatan pokok untuk menciptakan perilaku terhadap pencegahan gigitan nyamuk Ae.aegypti, perilaku terhadap pengendalian jentik Ae.aegypti, dan perilaku dalam mencari pertolongan kesehatan setelah terinfeksi penyakit DBD.</div>
Prayudhy Yushananta, Mei Ahyanti
Jurnal Kesehatan
2014
Poltekkes Tanjungkarang
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Softcopy
Indonesia
text
Poltekkes Tanjungkarang
PENGARUH STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH SEWAKTU PADA PASIEN DIABETES MELITUS YANG MENJALANI HEMODIALISA
Stress, Kadar Gula Darah
<div style="text-align:justify;">Berbagai penelitian epidemiologi menun-jukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi Diabetes Melitus (DM) di berbagai penjuru dunia. World Health Organitation (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, Internasional Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Data WHO, saat ini Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes Melitus di dunia. Pada tahun 2006 jumlah Diabetisi di Indonesia diperkirakan mencapai 14 juta orang, dimana baru 50 % yang sadar mengidapnya dan diantara mereka baru sekitar 30 % yang datang berobat teratur. Diabetes mellitus yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena ketidakmampuan tubuh membuat atau menyuplai hormon insulin sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula darah melebihi normal. Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar gula darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan gula darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan gula secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena, ataupun angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO, sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan gula darah kapiler dengan glukometer (Soegondo, 2002). Ada beberapa hasil pemeriksaan glukosa darah yaitu, kadar glukosa darah sewaktu (110-180 mg/dL) dan kadar glukosa darah puasa (80-125 mg/dL). Melihat komplikasi pada DM dapat mengenai berbagai organ, seperti komplikasi nefropati, komplikasi neuropati, komplikasi kardiovaskuler, retinopati, serta ulkus diabetikum. Maka penting sekali untuk melakukan pencegahan, agar tidak terjadi komplikasi. Banyak faktor yang di duga menjadi timbulnya Diabetes Mellitus, diantarannya adalah faktor keturunan, lanjut usia, kegemukan (obesitas), ketegangan (stress), nutrisi, sosial ekonomi dan kelainan ginekologis. Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/ beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelas-kan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem. Stress menyebabkan produksi berlebih pada kortisol, kortisol adalah suatu hormon yang melawan efek insulin dan menyebabkan kadar glukosa darah tinggi. Jika seseorang mengalami stress berat yang dihasilkan dalam tubuhnya, maka kortisol yang dihasilkan akan semakin banyak, ini akan mengurangi sensifitas tubuh terhadap insulin. Kortisol merupakan musuh dari insulin sehingga membuat glukosa lebih sulit untuk memasuki sel dan meningkatkan glukosa darah. Angka prevalensi Indonesia menurut penelitan litbang Depkes 2008 adalah 5,7% meningkat 1,1% dari 5,6% pada tahun 2000. Angka prevalensi diabetes melitus tertinggi terdapat di provinsi Kalimantan barat dan Maluku Utara (masing-masing 11,1%), diikuti Riau (10,4%) dan NAD (8,5%). Sementara itu prevalensi terendah ada di provinsi Papua (1,7%), diikuti NTT (4,9%). Provinsi Lampung dengan jumlah penduduk berdasarkan BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2010 sebanyak 7.608.405 jiwa, terdapat 3.671 orang menderita diabetes mellitus yang di diagnosis tenaga kesehatan. Berdasarkan hasil presurvei terhadap 7 pasien DM yang menjalani hemodialisa di ruang HD yang dilakukan peneliti dengan melakukan wawancara, 5 diantaranya mengatakan bahwa mereka sulit tidur, selalu memikirkan penyakitnya, merasa gelisah, masalah keuangan serta sampai dengan ketidakpastian hidup. Berdasarkan uraian tersebut dan hasil prasurvei maka peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang pengaruh stress terhadap kadar gula darah sewaktu pada pasien Diabetes Melitus yang menjalani hemodialisa di ruang HD RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.</div>
Pebi Pratiwi, Gustop Amatiria, Mashaurani Yamin
Jurnal Kesehatan
2014
Jurusan Keperawatan Tanjungkarang
Softcopy
Indonesia
text
Poltekkes Tanjungkarang
Gambaran pemilihan obat sebagai upaya swamedikasi di apotek Kecamatan Metro Pusat Kota Metro tahun 2016
swamedikasi, obat bebas, bebas terbatas, Obat Wajib Apotek (OWA)
<div style="text-align:justify;">Swamedikasi merupakan alternatif yang ditempuh oleh kebanyakan masyarakat guna meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Swamedikasi adalah mengobati segala bentuk keluhan pada diri sendiri dengan menggunakan obat-obat yang dibeli bebas di apotek tanpa harus menggunakan resep dari dokter maupun pengawasan dari dokter. Berdasarkan data dari Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Lampung tahun 2012 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang memilih untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami ternyata lebih besar dari persentase penduduk yang berobat jalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemilihan obat sebagai upaya swamedikasi (pemilihan antara obat bebas, obat bebas terbatas dan Obat Wajib Apotek (OWA)), pemilihan obat berdasarkan efek terapi, pemilihan obat berdasarkan sumber informasi dalam memilih obat dan mengetahui alasan swamedikasi di apotek KecamatanMetroPusatKotaMetro selama bulan Mei tahun 2016. Rancangan penelitian ini ialah cross sectional dengan menggunakan jenis metode deskriptif yaitu menggambarkan tentang pemilihan obat sebagai upaya swamedikasi (pengobatan sendiri) oleh pembeli obat di apotek Kecamatan Metro Pusat kota Metro selama bulan Mei tahun 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggolongan obat yang digunakan untuk swamedikasi berdasarkan tingkat keamanan golongan bebas terbatas 38,3% dan obat bebas 36,7%. Penggolongan efek terapi obat yang digunakan untuk swamedikasi analgesik/antipiretik 15%, anti-inflamasi nonsteroid (AINS) 12,5% dan anti fungi 8,3%. Alasan dalam melakukan swamedikasi penyakit yang diderita oleh pasien masih ringan 57%. Sumber informasi dalam pemilahan obat untuk swamedikasi petugas kesehatan 40% dan media elektronik yaitu televisi (TV) 26%.</div>
PRATIKAWATI
Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjungkarang
Perpustakaan Poltekkes Tanjungkarang
2016
Softfile
Bahasa Indoensia
text
Poltekkes Tanjungkarang
profil swamedikasi obat bebas dan obat bebas terbatas di Apotek Rosa Kecamatan Rajabasa kota Bandar Lampung pada bulan April - Juni Tahun 2015
Profil swamedikasi, Obat bebas dan Obat bebas terbatas, Apotek
<div style="text-align:justify;">Swamedikasi merupakan upaya seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Namun bukan berarti asal mengobati, justru pasien harus mencari informasi obat yang sesuai dengan penyakitnya .Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil swamedikasi obat bebas dan obat bebas terbatas di Apotek Rosa Kecamatan Rajabasa kota Bandar Lampung pada bulan April - Juni Tahun 2015 deangan penilaian berdasarkan pengetahuan kerasionalitas obat yang dibeli pasien atau responden yaitu tepat indikasi, tepat cara penggunaan,waktu minum obat yang tepat, tepat dosis, tepat interval waktu pemberian, waspada efek samping Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggambarkan tingkat pengetahuan pasien terhadap swamedikasi Hasil penelitian ini menunjukan responden yang melakukan swamedikasi di Apotek Rosa Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung pada bulan April-Juni tahun 2015 antara lain obat bebas sebesar 44%, obat bebas terbatas sebesar 56%, 94% tepat indikasi, 92% tepat cara penggunaan, 95% tepat waktu penggunaan, 93% tepat dosis. 86% tidak mengetahui efek samping obat yang dibeli dan 14% yang mengetahui efek samping obat.</div>
Rendy Eka Saputra
Jurusan Farmasi
Perpustakaan Poltekkes Tanjungkarang
2016
Jurusan Farmasi
softcopy
Indonesia
text
Poltekkes Tanjungkarang
GAMBARAN PENYIMPANAN OBAT DI RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KEMILING PERMAIKECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016
Penyimpanan Obat, Rumah Tangga, Kel. Kemiling Permai
<div style="text-align:justify;">Dalam upaya pengobatan suatu penyakit, biasanya diberikan beberapa jenis obat yang saling berbeda baikbentuksediaannyamaupunkemasannya. Hal iniselaluterjadi di masyarakatluas, makaperludipikirkancaramenyimpanobat. Bilacarapeyimpananobattidakmemenuhipersyaratancarapeyimpananobat yang benar, makaakanterjadiperubahansifatobat, sampaiterjadikerusakanobat.Kemiling Permai merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Kemiling. Berdasarkan data statistik Kelurahan Kemiling Permai berpenduduk 10.640 jiwa dan di Kelurahan Kemiling Permai terdapat 3 apotek dan 1 toko obat, sehingga apabila masyarakat terserang penyakit, masyarakat sangat mudah untuk mendapatkan obat, dan kemungkinan masyarakat melakukan kesalahan penyimpanan obat semakin tinggi. Tujuanpenelitianiniadalahuntukmendeskripsikanpenyimpananobat di rumah-rumahdi Kelurahan Kemiling Permai.Jenispenelitianyang dilakukanbersifatdeskriptifdenganmetodeobservasionalbertujuanuntukmenjelaskankarakteristikvariabelpenelitian. Penelitianinimeliputipengambilansampeldi KelurahanKemiling Permaisebanyak100rumah tangga. Data diambilsecaraquota sampling, data dikumpulkandengancaramelakukanobservasidenganmenggunakan lembar checklist. Data dianalisisdengananalisisunivariatdandisajikanselanjutnya dibuattabeldistribusifrekuensi. Hasil yang diperolehdaripenelitianmenunjukkan bahwa penyimpanan obat di Kelurahan Kemiling Permai Kecamatan Kemiling denganpenilaiankeseluruhan 91 %. Persentasetiapvariabelsebagaiberikut: 1.PenyimpananObatDalamWadahTertutup(100 %), 2.PenyimpananObatTerhindar Dari SinarMatahari Langsung (100 %), 3. PenyimpananObatDalamKemasanAsli(100 %), 4.PenempatanObatJauh Dari Jangkauan Anak-Anak(82 %), 5. PenyimpananObatDitempat Yang Sejuk(95%), 6. Penyimpanan Obat Mengikuti Aturan Yang Tertera Pada Kemasan sebesar (72 %), dan 7. Tidak MenyimpanObat Yang SudahKadaluarsa (90 %).</div>
Yusuf Chairi Utama
Jurusan Farmasi
Perpustakaan Poltekkes Tanjungkarang
2016
softcopy
Bahasa Indonesia
text
Poltekkes Tanjungkarang
Gambaran Kelengkapan Resep di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kecamatan Tanjungkarang Pusat Kota Bandar Lampung
Kelengkapan Resep, Persyaratan Administratif dan Farmasetik, Puskesmas Rawat Inap Simpur
<div style="text-align:justify;">Puskesmas Rawat Inap Simpur terletak di Jl. Tamin No. 121 Kel. Kelapa Tiga dengan Wilayah Kerja 3 Kelurahan di Kecamatan Tanjungkarang Pusat yaitu Kelurahan Kelapa Tiga, Kelurahan Kaliawi Persada, dan Kelurahan Pasir Gintung. Pada penelitian di Puskesmas Rawat Inap Simpur didapatkan jumlah seluruh resep pada bulan Mei 2016 adalah 2249 lembar resep, terdiri dari 457 resep Umum, 1037 resep BPJS, 684 resep P2KM, dan 71 resep Rawat Inap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelengkapan resep berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 di Puskesmas Rawat Inap Simpur Kecamatan Tanjungkarang Pusat Kota Bandar Lampung. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan lembar checklist sebagai alat ukur. Sampel yang diambil seluruh resep yang masuk pada bulan Mei tahun 2016. Data disajikan dalam bentuk persentase dalam tabel distribusi frekuensi dan grafik untuk menyimpulkan data. Hasil penelitian ini menunjukkan kelengkapan resep yang tercantum yaitu, nama pasien (100%), umur pasien (100%), berat badan pasien 69 (3,07%), nama dokter 1972 (87,68%), paraf dokter (100%), tanggal resep (100%), nama sediaan (100%), bentuk sediaan 550 (24,46%), jumlah obat 550 (24,46%), dan aturan pakai 2249 (100%), sedangkan yang tidak tercantum yaitu, jenis kelamin pasien (100%), berat badan pasien 2180 (96,93%), nama dokter 277 (12,32%), ruangan/ unit asal resep (100%), bentuk sediaan 1699 (75,54%), dan jumlah obat 1699 (75,54%), secara keseluruhan resep di Puskesmas Rawat Inap Simpur yaitu 50%, dan tidak memenuhi persyaratan 100%.</div>
Riska Handayani
Jurusan Farmasi
Perpustakaan Poltekkes Tanjungkarang
2016
Softcopi
Indonesia
Texs
Poltekkes Tanjungkarang
HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI PUSKESMAS WAY KANDIS BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Stress, Gastritis
<div style="text-align:justify;">Gastritis merupakan suatu peradangan pada mukosa lambung yang bersifat akut, kronik difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh di perut (begah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah Beberapa kondisi meningkatkan resiko terjadinya gastritis adalah pola makan, efek pemakaian obat AINS, usia, stres dan infeksi oleh bakteri. Saat stres lambung terasa kembung, mual dan pedih, hal itu disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Berdasarkan data dari profil Puskesmas Way Kandis penderita gastritis selalu mengalami peningkatan, jumlah penderita gastritis pada data sekunder 3 bulan terakhir didapatkan pada Bulan Oktober 2014 angka kejadian gastritis sebesar 247 penderita, kemudian pada Bulan November 2014 meningkat menjadi 261 penderita serta pada Bulan Desember kembali meningkat menjadi 269 penderita. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan stres dengan kejadian gastritis di Puskesmas Way Kandis Bandar Lampung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi menggunakan pendekatan cross sectional dengan populasi masyarakat yang berobat ke poliklinik umum Puskesmas Way Kandis dengan mengambil rata-rata penderita gastritis selama tiga bulan terakhir yaitu berjumlah 259 orang dengan jumlah sampel sebanyak 157 orang. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square. Hasil penelitian didapatkan 79 responden (50.3%) yang mengalami stres dan 65 responden (41.4%) menderita gastritis. Uji statistik dihasilkan ρ value (0,00) yang menunjukkan ada hubungan antara stres dengan kejadian gastritis. Disarankan agar Puskesmas dapat memberi informasi tentang managemen stres dan gastritis yang baik kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk poster, leaflet atau tindakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit gastritis dan managemen stres, sehingga penyakit gastritis pada masyarakat tidak bertambah bahkan dapat diturunkan angka kejadiannya.</div>
RENNY BERTILIA
Keperawatan Tanjungkarang
Perpustakaan Poltekkes Tanjungkarang
2015
Keperawatan Tanjungkarang
Softcopy
Indonesia
Text
Poltekkes Tanjungkarang
Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit Nanas (Ananas comosus (L) Merr) Terhadap Jamur Trichophyton rubrum.
Kulit Nanas , Jamur, Trichophyton rubrum
<div style="text-align:justify;">Tinea carporis atau kurap adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus di daerah muka, badan, lengan, dan glutea. Penyebab tersering penyakit ini adalah Trichophyton rubrum. Kulit tanaman nanas memiliki kandungan zat flavonoid, tanin dan enzim bromelain yang memiliki efek antifungi. Enzim bromelain dapat ditemukan pada bagian batang, tangkai, daun, buah dan kulit dalam jumlah yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak kulit nanas (Ananas comosus (L) Merr) terhadap jamur Trichophyton rubrum penyebab penyakit kurap. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan delapan perlakuan dan tiga kali pengulangan. Ekstrak kulit nanas didapatkan dengan cara ekstraksi metode maserasi menggunakan pelarut alkohol 70% v/v. Jamur Trichophyton rubrum diperoleh dari departemen parasitologi Universitas Indonesia. Untuk mengetahui hubungan konsentrasi dengan daya hambatnya dilakukan uji regresi linier, kemudian data selanjutnya dianalisa menggunakan metode ANOVA dan Uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak kulit nanas (Ananas comosus (L) Merr) mempunyai daya hambat terhadap jamur Trichophyton rubrum mulai dari konsentrasi terkecil yaitu konsentrasi 10% dengan rata-rata diameter zona hambat sebesar 2,46 mm. Pada uji regresi menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak kulit nanas maka semakin luas diameter zona hambat yang terbentuk. Hasil uji ANOVA dan BNT terdapat perbedaan yang bermakna pada masing-masing perlakuan. Ekstrak kulit nanas tidak efektif menghambat pertumbuhan jamur Trichophyton rubrum jika dibandingkan dengan kontrol positif krim mikonazol 2%.</div>
Reni Hikmawati
Jurusan Farmasi
Perpustakaan Poltekkes Tanjungkarang
2016
Softcopy
Indonesia
Text
Poltekkes Tanjungkarang
PENGARUH TERAPI AL-QUR’AN TERHADAP KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI UPTD PSLU TRESNA WERDHA NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015
Terapi Al-Qur’an, Kualitas Tidur
<div style="text-align:justify;">Lanjut usia (lansia) membawa perubahan baik fisik & fungsi, mental, psikososial, dan spiritual pada lansia. Keluhan tentang kesulitan tidur di waktu malam seringkali terjadi pada lansia, Hasil penelitian oleh Khasanah dan Hidayati (2012), hasil dari penelitian ini adalah 29 (29,9%) lansia memiliki kualitas tidur yang baik sedangkan 68 (70,1%) memiliki kualitas tidur yang buruk. Sehingga diperlukan terapi yang efektif dan aman dari efek samping. Terapi Al-Qur’an adalah salah satu bentuk terapi komplementer dengan distraksi secara nonfarmakologi untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi Al-Qur’an terhadap kualitas tidur lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi murotal Al-Qur’an di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung Tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain quasi experimental one group pre-post test design tanpa adanya kelompok kontrol. Jumlah responden 20 orang. Sebelum dan sesudah responden diberikan intervensi terapi murotal Al-Qur’an dilakukan pengukuran kualitas tidur pada lansia. Hasil dari penelitian ini, diketahui hasil mean sebelum diberi perlakuan adalah 9,30 sedangkan mean setelah 7 hari diberikan terapi murotal Al-Qur’an sebesar 8,00 dengan p-value 0,007 (α : 0,05 ≥ p-value ) hal ini membuktikan bahwa adanya perbedaan kualitas tidur sebelum dan sesudah diberikan terapi murotal Al-Qur’an pada lansia di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar sebesar 1,30. Bagi pihak panti Werdha diharapkan untuk memperhatikan cara meningkatkan kualitas pada lansia agar tidak terjadi seperti kecungan lebih rentan terhadap penyakit, pelupa, konfusi, disorientasi .</div>
ARI EKO PUTRA
Jurusan Keperawatan
Perpustakaan Poltekkes Tanjungkarang
2015
Softcopy
bahasa Indonesia
texs
Poltekkes Tanjungkarang
UJI SIFAT FISIK DAN DAYA PENOLAKAN (Repellent ) NYAMUK PADA SEDIAAN LOTION MINYAK SEREH WANGI (Citronella Oil ).
Uji Sediaan, lotion, anti nyamuk, minyak sereh wangi; Citronella oil
<div style="text-align:justify;">Pencegahan pada penyakit yang di sebabkan oleh nyamuk yang terinfeksi menularkan virus atau tidak ke tubuh manusia melalui gigitanya, sebagai upaya pencegahan gigitan nyamuk digunakan repellent. Salah satu bahan alam yang memiliki potensi sebagai repellent adalah minyak sereh wangi (Citronella Oil) dengan kandungan sitronellal dan sitronolol. Minyak sereh wangi di formulasikan menjadi sediaan lotio anti nyamuk dengan variasi konsentrasi minyak sereh wangi 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% sebagai kontrol negatif. Minyak sereh wangi di formulasikan menjadi sediaan lotion, kemudian dilakukan uji evaluasi sediaan terhadap sediaan yang meliputi persen daya repellent dan sifat fisik sediaan yang meliputi organoleptis, homogenitas, daya sebar, dan pH . Penelitian ini bertujuan untuk megetahui sifat fisik dan daya penolakan (repellent) nyamuk pada sedian lotio minyak sereh wangi (Citronell oil). Melihat perbedaan bermakna konsentrasi minyak sereh wangi yang dapat melakukan daya penolakan terhadap gigitan nyamuk. Jenis penelitian ini bersifat eksperimental dengan metode cross-sectional yaitu dimana pada penelitian ini dilakukan pada satu waktu dan satu kali dengan jenis penelitian berupa pra eksperimen dengan jumlah perlakuan 6 kali yaitu konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0%, kontrol negatif dengan ulangan sebanyak 4 kali. Data yang diperoleh yaitu berupa sifat fisik dan waktu aktifitas daya tolak nyamuk dianalisis dengan Univariat dan Uji Anova. Apabila ada perbedaan yang bermakna (F hitung lebih besar dari F tabel), maka analisis dilanjutan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan tingkat kemaknaan < 0,05. Hasil uji sifat fisik menunjukan adanya kesesuain dengan parameter yang telah dipilih dan daya penolakan nyamuk diketahui bahwa sediaan lotio pada minyak sereh wangi (Citronella oil) dengan konsentrasi 30%, 40%, dan 50% mampu menolak atau memiliki aktifitas tolak nyamuk yang baik dan konsentrasi 50% merupakan konsentrasi yang paling maksimal untuk aktifitas tolak terhadap nyamuk.</div>
Tirka Maya Sari
Jurusan Farmasi Poltekkes Tanjungkarang
Perpustakaan Poltekkes Tanjungkarang
2016
Softcopy
Indonesia
Text
Poltekkes Tanjungkarang